Menjelajah Semesta Dengan Sains dan Iman















G
egap gempita dunia sains terus bergulir seakan tidak pernah berhenti. Fenomena astronomi semakin menemukan titik terang, di mana iktisyafat (penemuan) terus menggelinding di belantara studi dan riset luar angkasa. Para fisikawan modern bahkan bisa mengungkap misteri alam semesta sampai pada ‘detail’ kondisi luar angkasa; massa, jarak dan bentuk masing-masing benda di dalamnya. Jerih payah yang disumbangkan oleh para saintis (baca: astronom) ini sejatinya harus menjadi media menguatkan keimanan kita pada Allah dan kecintaan kita pada ajaran Islam.

Ilmu astronomi atau ilmu falak; sebagaimana orang arab menyebutnya adalah ilmu kuno yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Zaman Mesir kuno, mereka sering memperhatikan peredaran bintang untuk menentukan pergantian musim dan tahun. Mereka mengamati bintang Sirius dan meluapnya air sungai nil sebagai tanda pergantian tahun. Mulanya ilmu ini hanya sekedar pengetahuan semata, namun seiring dengan perkembangan zaman, ilmu ini menjadi pupuler dan menjadi cabang dari ilmu pengetahuan. Yaitu pada abad 18 M hingga 19 M, apalagi ketika ditemukan ilmu fisika dan kimia; Mulai ada penelitian dan penemuan-penemuan planet yang beredar pada galaksi Bimasakti.

Secara jujur harus diakui, bahwa dunia sains kontemporer berada dalam kuasa peradaban Barat. Merekalah saat ini yang memiliki kontribusi paling besar di bidang astronomi. Capaian demi capaian tidak pernah berhenti mereka gulirkan. Namun, sekalipun demikian realitanya, sikap inferior tetap tidak layak kita lekatkan dalam kepribadian kita. Sebab, walau bagaimanapun, kita tetap adalah anak kandung peradaban Islam yang pernah gemilang. Kita adalah umat dari sebuah agama yang agung. Maka minimal ada dua hal yang paling relevan untuk kita lakukan saat ini; pertama, usaha keras kita untuk membaca pusaka kita; al-Quran dan hadist serta sejarah pendahulu kita. Hanya dari sanalah kita bisa benar-benar percaya lalu kemudian yakin bahwa kita adalah umat yang kaya akan sejarah kegemilangan dan kaya akan pengetahuan. Dari sana juga kita bisa tahu jati diri kita yang sebenarnya bahwa kita bukan hanya penggugu karya orang lain. Kedua, kita haurs bersedia membumikan nilai-nilai progresif dalam kepribadian kita. Artinya, kita tidak cukup hanya terpaku pada normatifitas ayat-ayat al-Quran yang selalu kita klaim sebagai sciense source (sumber sains) yang otentik. Sejatinya kita harus mengupayakan adanya kegemilangan di bidang astronomi sebagaimana pernah dipraksiskan oleh qudama umat Islam.

Ayat pertama kali turun kepada Nabi Muhammad berbunyi "…Bacalah…". Lafal ini bermakna luas, tidak saja membaca apa yang diturunkan berupa wahyu, tetapi juga segala yang terjadi di alam juga merupakan objek bacaan kita (Qur'an al-kauniy). Sebab di sana terdapat bukti kekuasaan Allah SWT. Yang tidak terbatas dan tidak tertandingi. Juga banyak dalam kitab ini, ayat-ayat yang ditutup dengan lafal afalâ ta'qilûn atau afalâ tatadabbarûn dan lain sebagainya yang semakna. Walaupun redaksinya beragam, tapi memiliki satu makna yang begitu ditekankan bagi kita selaku umat Islam untuk mempelajari apa yang dianugrahkan oleh Allah kepada kita semua.

Hikmah yang bisa diambil dari beredarnya benda-benda angkasa tersebut adalah, jika kita hidup di atas sebuah planet diam dimana segala sesuatu –termasuk bumi yang kita huni- tidak pernah berubah, sedikit sekali tentunya yang bisa dikerjakan dan dibayangkan manusia, dan tidak akan ada gairah untuk berpikir menuju ilmu pengetahuan. Tetapi kita hidup di alam semesta yang bergerak dan berubah. Di alam ini semua keadaan berubah mengikuti pola, aturan, atau mengikuti hukum-hukum alam. Seluruh peristiwa dan hukum-hukum alam itu memungkinkan kita bisa menggambarkan segala sesuatu. Akhirnya, kitapun bisa bekerja dengan ilmu, dan dengannya bisa memperbaiki hidup kita, dan dengannya pula bisa mengenal Sang Pencipta kita.





Tatkala bencana datang dan merusak banyak sumber penghidupan, seharusnya manusia mengoreksi diri akan tingkah lakunya yang secara tidak sadar telah mengeksploitasi lingkungan alamnya.